Kamis, 02 Agustus 2012

ASKEP PADA PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM


LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP PADA PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM

A.    Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).

B.     Etiologi
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll

C.    Patofisiologi

Hipertermi
Kenaikan metabolisme basal 10- 15 %
Ketidakseimbangan membran sel neuron
Defusi ion kalium dan natrium
Lepasan muatan listrik
Gangguan konduksi listrik

Kejang >15 menit

Kerusakan neuron
muskuler                               Resti cedera          kerusakan neuro muskuler
   Apnea
 

      Pola napas tidak efektif


D.    Manifestasi Klinik
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.
Di Sub bagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
·        Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
·        Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
·        Kejang bersifat umum
·        Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam
·        Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
·        Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
·        Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali   

E.     Penatalaksanaan Medik
Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
·        Pemberantasan kejang secepat mungkin
Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai berikut :
Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :
1.      Segera diberikan diazepam IV ® dosis rata-rata 0,3 mg/kg
Atau
diazepam rectal dosis  £  10 kg : 5 mg
bila kejang tidak berhenti ≥  10 kg : 10 mg
tunggu 15 menit
dapat diulang dengan cara/dosis yang sama samapai kejang berhenti                        
berikan dosis awal fenobarbital dengan dosis :
neonatus                           :           30 mg I.M
1 bulan – 1 tahun              :           50 mg I.M
>  1 tahun                         :           75 mg I.M
2.         Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.   
·        Pertolongan  pertama  pada  saat  kejang
1.      Semua pakaian ketat dibuka
2.      Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3.      Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin  kebutuhan oksigen
4.      Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen
·        Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.
·        Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan astitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.





F.     Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kejang Demam
Langkah-langkah dalam proses keperawatan ini meliputi :
1.      Pengkajian
Data Obyektif
1.      Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2.      Pemeriksaan Fisik
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?

Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
2.      Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1.      Darah
Darah lengkap, TT, Widal
Glukosa Darah       :  Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)
BUN                      :  Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit                :  K, Na : Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang.
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2.         Cairan Cerebro Spinal   :    Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
3.         Skull Ray                      :    Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
4.         Tansiluminasi                :    Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
5.         EEG                              :    Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
6.         CT Scan                        :    Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
3.      Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1.      Pola napas tidak efektif  berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
2.      Resiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hiperthermi.
-          Respirasi 40 – 60 x/mnt
-          Tidak terjadi aspirasi
Intervensi:
1.      kosongkan mulut pasien dari benda terentu seperti gigi palsu dan makanan selama fase kejang
2.      miringkan kepala pasien selama fase kejang
3.      Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
4.      Masukan spatel lidah atau jalan napas buatan atau gulungan benda lunak
5.      Lakukan pengisapan sesuai indikasi
Kolaborasi:
Beri oksigen tambahan

DX 2 : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Tujuan          :  Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
Kriteria hasil   :           
1.         Tidak terjadi serangan kejang ulang.
2.         Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
                  24 – 28 x/menit (anak)
5.         Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
1.         Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
2.         Berikan kompres dingin
3.         Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll).
4.         Observasi kejang  dan tanda vital tiap 4 jam
5.         Batasi aktivitas bsp;          : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kriteria Hasil  :
1.         Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
2.         Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
3.         Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
Rencana Tindakan :
1.         Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
2.         Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
3.         Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah..
4.         Letakkan klien di tempat yang lembut.
5.         Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang..
6.         Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang

DX 4 : Diagnosa Keperawatan / Masalah : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
Tujuan               :  Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil     :  Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
                             RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.
Rencana Tindakan :
1.   Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
      Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
      Pertahankan suhu tubuh normal
2.   Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
      Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
3.   Biarkan jendela ruangan terbuka
4.      Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
      Batasi aktivitas fisik.

Dx 5 : Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbatasan informasi
Tujuan             : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.
Kriteria hasil   :
1.         Keluarga tidak sering bertanya tentang  penyakit anaknya.
2.         Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
3.         keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
Rencana Tindakan :
1.         Kaji tingkat pengetahuan keluarga
2.         Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
3.         Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
4.         Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam, antara lain :
1.        Jangan panik saat kejang
2.        Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
3.        Kepala dimiringkan.
4.        Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
5.        Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
6.        Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
7.        Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
5.         Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.
6.         Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
7.         Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam.












DAFTAR PUSTAKA


Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.

Lumbantobing,SM.1989.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2.  Jakarta: EGC.

Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar